Minggu, 11 Juli 2010

ZIARAH

Hari itu Minggu 27 Juni 2010, ada janji ma teman-teman kantor untuk ziarah ke makam Sunan Kudus dan makam Sunan Muria, setelah lama direncanakan dan selalu gagal, akhirnya pagi ini kami bisa pergi juga.

Kami janji bertemu di makam Sunan Kudus jam 07.30 pagi, tapi kebiasaan orang Indonesia selalu tidak tepat waktu dan diantara kami yang selalu on time hanya mbak Diah, jempol buat mbak Diah dech. Tak lama kemudian aku dan Dayat (adekku) datang, lumayan lama kami menunggu baru Fian datang dan disusul Anis dengan suami dan anaknya.

Kami masuk ke Menara Kudus dan ziarah ke makam Sunan Kudus, karena berbarengan dengan liburan anak sekolah dan bulan Rajab banyak sekali yang datang berziarah, kamipun harus antri. Setelah selesai kami melanjutkan perjalanan menuju ke Dawe dengan menggunakan tiga sepeda motor. Disana sudah menunggu teman kami yaitu Erida. Dari situ untuk menuju ke makam Sunan Muria kami naik angkutan umum, dengan pertimbangan jalan yang dilalui sulit bagi kami yang tidak biasa jalan kesana, dan kami merasa akan lebih nyaman saja.

Tapi di perjalannan itu terjadi hal yang membuat kami agak ketakutan tapi bisa juga menjadi sebuah pengalaman yang menarik. Pada saat jalanan menanjak tiba-tiba angkutan yang kami naiki berhenti, dan ternyata masalahnya adalah bensinnya habis., akhirnya sopir angkutnya cari bensin, tapi kami ga boleh turun padahal itu tanjakan, gimana kami ga ketakutan? Alhamdulillah dapat bensin juga, perjalanan dilanjutkan. Sudah hampir sampai di lokasi jalanan macet karena tidak ada yang mau mengalah untuk memberi jalan yang lain, tapi untungnya ga lama.

Setelah turun dari angkutan, kami disambut para tukang ojek, aku ragu-ragu karena tidak yakin berani naik ojek dengan jalan naik dan lebar jalan yang hanya sekitar 1 meter itu. Sebenarnya ada alternatif lain yaitu jalan kaki dengan menaiki tangga yang jauhnya sekitar 1 kilometer, karena banyaknya tangga itu maka disebut “tangga seribu”. Kami memilih untuk naik ojek dengan banyak pertimbangan. Dengan tingkat ketakutan yang tinggi, aku beranikan diri. Dan Alhamdulillah sampai di lokasi makam dengan selamat.

Seperti di Makam Sunan Kudus tadi banyak sekali pengunjungnya, jadi kami harus antri sekitar setengah jam kami baru bisa masuk. Setelah melakukan doa disana, kami keluar dan mengambil air dari genthong (tempat air tradisional yang terbuat dari tanah liat) yang merupakan peninggalan Sunan Muria yang terus keluar airnya, dalam bahasa jawanya nyumber. Airnya dingin sedingin air es.

Setelah selesai kami, memutuskan turun dengan melewati anak tangga, karena banyak yang tidak berani naik ojek dengan jalan yang menurun termasuk juga saya. Di kanan kiri anak tangga itu banyak sekali pedagang, ada yang berjualan pakaian, tas, makanan dan lain sebagainya. Yang menjadi makanan khas didaerah ini yang konon tidak ada di tempat lain adalah parijoto dan pecel pakis. Selain itu banyak juga penjual pisang dan makanan lain.

Ternyata jalan yang ditempuh sangatlah jauh, setidaknya buat aku, karena tidak terbiasa jalan kaki, apalagi harus melewati tangga. Lumayan membuat kaki kami sakit, dan nafas terengah-engah. Beberapa kali kami berhenti untuk istirahat, padahal yang melewati jalanan itu banyak sekali orang-orang tua yang dengan gagahnya bisa sampai keatas. Aku yang masih muda saja tidak kuat untuk turun, mungkin inilah bedanya manusia produk dulu dan sekarang.

Akhirnya, sampai juga dibawah. Kami melanjutkan perjalanan pulang. Setelah sampai dirumah, rasanya badan lelah semua. Walaupun begitu, kami senang bisa melakukan perjalanan yang sudah lama kami rencanakan. Semoga di kesempatan yang lain, bisa kesana lagi.