Minggu, 17 Oktober 2010

MELATI MEMBAWAKU KEMBALI

Dasar anak bandel, ga bisa diatur, pergi kamu dari sini”, suara papa memecahkan kesunyian malam itu, mama diam dan menangis. Aku memasukkan beberapa pakaianku kedalam tas, dan pergi dari rumah.

Aku tidak tahu kemana tujuanku, hanya emperan toko yang bisa aku jadikan tempat untuk tidurku malam ini. “Pakai ini kak”, seorang anak menyodorkan kardus untuk alas tidurku. “Kenapa kakak menangis?”, aku tak menjawab pertanyaan itu.

“Bangun kak, sahur dulu, hari ini kita dapat makan sahur gratis. Alhamdulillah”. Aku melahap makanan yang diberikan anak kecil itu. Dia mengajakku ke Masjid untuk sholat Subuh, tapi aku hanya menunggunya diluar. Aku mengikuti anak itu yang akhirnya aku tahu namanya Melati, berjualan di perempatan jalan.

“Kamu tidak makan siang? Aku lapar nich”, Melati tersenyum, “Saya puasa kak”, aku terdiam dan merasa malu. Anak kecil didepanku ini walaupun hidupnya serba kekurangan tapi tidak pernah mengeluh dan selalu bersyukur pada apa yang Allah berikan.

Aku menangis, kali ini tangis penyesalan, karena telah menyakiti orang tuaku dan tidak pernah menjalankan perintah-Nya. Aku memutuskan untuk pulang, bersujud dikaki orang tuaku meminta maaf dan berjanji menjadi Kasih yang lebih baik.

Alhamdulillah, karena Melati pada Ramadhan ini aku telah kembali ke jalan-Mu ya Allah.

Kamis, 12 Agustus 2010

Menunggu Kedatangan Ramadhan…..

Malam ini adalah malam Nisfu Sya’ban, yaitu pertengahan dari bulan Sya’ban. Bulan Sya’ban banyak dilupakan orang karena ada ditengah-tengah antara bulan Rajab dan bulan Ramadhan, dimana keduanya sangat terkenal keistimewaannya. Bulan Rajab istimewa karena terdapat peristiwa Isra Mikraj, sedangkan bulan Ramadhan kita semua tahu ini adalah bulan istimewa. Bulan Sya’ban keistimewaannya terdapat pada malam pertengahan atau tanggal 15 Sya’ban, yang disebut Nisfu Sya’ban.

Banyak daerah yang mempunyai tradisi yang berbeda dalam menyambut malam Nisfu Sya’ban. Begitu juga didaerahku, ditempatku ada yang namanya Bodo Puli (Lebaran Puli). Puli adalah sejenis makanan yang terbuat dari beras yang sudah dimasak menjadi nasi trus diberi campuran bahan-bahan lain (aku ga begitu tahu, maklum ga bisa masak…he..he…) trus ditumbuk sampai halus. Di daerah lain ada yang menyebut puli dengan sebutan gendar.

Biasanya acara ini diadakan di mushola atau masjid. Warga mengumpulkan puli, kemudian diadakan pengajian dan puli tadi dibagikan lagi pada yang datang. Sepertinya tradisi ini sudah jarang sekali, didaerahku saja hampir tidak ada. Dari aku kecil sampai sekarang keluargaku juga tidak mengikuti tradisi ini. Jadi tidak banyak yang bisa aku ceritakan disini.

Aku yakin bahwa tradisi tersebut pasti banyak sekali hikmah yang ada didalamnya. Pasti ada maksud kenapa ada tradisi bagi-bagi puli tersebut, aku tidak begitu tahu tentang masalah ini, jadi tidak berani untuk berpanjang lebar menjelaskannya karena takut kalau yang aku sampaikan salah. Dari yang pernah saya baca puli berasal dari kata u’ fu li yang berarti ampunilah aku. Mungkin ini dimaksudkan sebagai tanda bahwa pada malam Nisfu Sya’ban ini Allah akan mengampuni orang-orang yang memohon ampun. Semoga amalan yang telah kita lakukan di malam Nisfu Sya’ban ini diterima Allah, dosa-dosa kita diampuni, dan doa yang kita panjatkan didengar dan dikabulkan. Amien….

Tidak terasa, 15 hari lagi Ramadhan datang. Alhamdulillah….
Apakah kita sudah siap untuk menyambutnya? Kita harus siap, ini adalah bulan yang selalu ditunggu seluruh umat Islam di dunia. Bulan yang penuh keistimewaan didalamnya. Bulan dimana terdapat satu malam yang lebih baik dari seribu bulan, yaitu malam Lailatul Qadar. Semoga kita semua mendapatkan malam yang indah itu. Amien….

Sebelum memasuki bulan Ramadhan, aku minta maaf kepada semua teman-teman atas semua kesalahan yang aku sengaja ataupun yang tidak aku sengaja. Mohon dimaafin ya….

Beringin Kembar Alun-Alun Selatan Yogyakarta

Pulang ke kotamu…

Ada setangkup haru dalam rindu…

Masih seperti dulu…

Tiap sudut menyapaku, bersahabat…

…………………………………

Itu adalah sepenggal lirik lagu KLA Project yang berjudul “Yogyakarta”. Itulah Yogya yang selalu membuat siapapun rindu untuk kembali kesana termasuk juga aku. Banyak sekali tempat indah yang bisa dikunjungi.

Kedatanganku kali ini lain dari pada kedatangan-kedatanganku yang sebelumnya, yang biasanya aku kesana sendiri kali ini ak bersama dua orang adikku, dek Adi dan dek Dayat. Oleh sepupuku tercinta, Lina, kami sudah dibuatkan jadwal tempat mana saja yang akan kami kunjungi selama tiga hari kami disana. Dan jadwal yang dibuat benar-benar padat. Banyak sekali tempat yang rencananya akan kami kunjungi.

Sudah lama aku mendengar cerita tentang beringin kembar (juga biasa disebut ringin kurung) yang berdiri kokoh di tengah-tengah alun-alun selatan Yogyakarta. Sudah beberapa kali lewat alun alun kidul, atau yang biasa disebut “alkid” itu, tapi tidak pernah melakukan “masangin” (masuk di antara dua beringin). Kali ini liburan hari pertama memang sengaja dijadwalkan kesana. Dengan semangat kami berlima (aku, Lina, Adi, Dayat, dan Nico/adiknya Lina) berangkat dari Bantul (rumah bulekku) menuju ke alun-alun selatan.

Sesampainya disana masih sepi. Karena memang niat awalnya ingin menaklukkan beringin kembar itu, kami sudah menyiapkan penutup mata, itung-itung tidak perlu mengeluarkan uang Rp. 3000 untuk menyewa penutup mata. Mitos yang berkembang di masyarakat siapa yang bisa melewati tengah pohon beringin itu maka keinginannya akan terwujud. Tapi melakukan itu tidak segampang yang kita bayangkan, walaupun jarak dua beringin itu sekitar 12 meter, tapi kita harus berjalan sejauh 20 meter dengan mata ditutup.

Kami berlima mencobanya secara bergantian, karena harus ada yang mengikuti yang ditutup matanya biar tidak saling bertabrakan dengan yang lain. Yang paling bersemangat adalah aku, karena sudah lama aku ingin melakukan ini. Dan dengan kesabaran extra Lina mendampingi aku, makasih ya nok. Dia juga tidak capainya mengucapkan “permisi...permisi…permisi lewat mas, mbak, pak, bu” kalau aku hampir menabrak orang.

Pertama kali mencoba gagal, aku tidak bisa melewati tengah beringin tersebut, bahkan aku berjalan kekanan bukan kedepan seperti yang seharusnya. Penasaran itu pasti, aku mencobanya lagi, tapi gagal lagi. Aku hanya berputar-putar saja tanpa sedikitpun mendekati beringin itu, sesekali arahnya benar tapi tetap tidak bisa lewat ditengah beringin. Dalam pikiranku ga mungkin aku ga bisa berjalan lurus. Aku terus mencoba dan terus gagal sampai 12 kali. Aku berfikir apakah hatiku tidak bersih karena mitosnya yang bisa melewati beringin itu hanya orang-orang yang memiliki hati yang bersih.

Rasanya kaki ini lelah banget, tapi aku harus bisa melewati beringin itu, dengan semangat yang membara (terlalu berlebihan ya…he…he…), aku yakinkan pada diriku aku pasti bisa. Aku tutup mataku lagi dengan slayer yang kami bawa, aku mulai berjalan dan diikuti Lina. Pelan…pelan…tapi pasti aku melangkah. Kadang-kadang berhenti sejenak, untuk meyakinkan bahwa aku berjalan dijalan yang benar. Kata Lina patokannya cuma satu, selama kita tidak menginjak rumput berarti kita berjalan lurus. Benar juga, aku perhatikan jalan lurus yang menuju ke tengah-tengah beringin kembar itu tidak ada rumput yang tumbuh. Ini pasti karena didaerah itu sering diinjak-injak makanya tidak tumbuh rumput disitu, begitu pikirku.

Aku melanjutkan langkahku, sesekali berhenti untuk menghela nafas, dan melanjutkannya lagi. Didepanku seperti ada dinding putih dan aku berhenti, terdengar suara Lina, “sudah dibuka”. Aku hanya menjawab, “gagal lagi ya?” tanpa membuka penutup mataku. Rasanya aku sudah patah semangat, ya sudahlah aku tidak akan mencoba lagi, sudah cape’. Kudengar suaranya Lina, “dibuka dulu”. Setelah kubuka penutup mataku, aku hanya bisa diam memandangi sekelilingku, aku tidak tahu posisiku saat itu ada disebelah mana dari beringin. Aku menoleh ke arah Lina, dia tersenyum dan bilang “berhasil”. Alhamdulillah… Ternyata angka 13 bukan angka sial seperti yang dikatakan orang-orang, setidaknya aku membuktikannya malam itu.

Banyak hikmah yang bisa aku ambil dari itu semua. Apapun yang kita lakukan dengan niat, keyakinan dan semangat yang tinggi pasti akan berhasil, walaupun untuk bisa mencapai itu semua banyak yang harus kita korbankan. Aku merasa bersyukur karena diberi indra yang lengkap, ternyata tidak mudah berjalan dengan mata ditutup. Melakukan sesuatu tidak perlu terburu-buru, karena mungkin hasilnya akan tidak baik.

Setelah berhasil melewati beringin kembar itu kami melanjutkan perjalanan kami. Yogyakarta memang benar kota yang indah, yang selalu membuat aku kangen untuk datang dan datang lagi. Kangen dengan suasana Yogya dan tempat-tempat yang selalu aku kunjungi. Malioboro dengan pernak-pernik buatan tangan, Shopping Center dengan buku-bukunya, Bringharjo dengan batiknya, Mirota dengan coklat “Monggo”-nya. Tapi aku selalu ingin mengulangi berjalan melewati beringin di Alun-alun Selatan itu.

Beberapa bulan kemudian, aku datang ke Yogya lagi kali ini sendirian. Aku dan Lina ke Alun-alun Selatan lagi. Aku yakin kali ini aku akan berhasil melewati beringin itu. Dan benar sekali aku mencoba dan berhasil. Awalnya keberhasilanku ini diragukan Lina, makanya aku ulang lagi dan berhasil. Apakah ini karena hatiku sudah bersih ataukah karena sudah terlatih dengan 13 kali berjalan melewati ringin itu pada kedatanganku yamg sebelumnya…he…he..

Sudah 7 bulan aku belum datang ke Yogya lagi, pengen sekali datang kesana tapi belum ada waktu yang tepat. Selain itu, sepupuku Lina sudah pindah ke Berau. I miss U nok… Kapan balik ke Yogya? Aku pengen jalan-jalan berdua seperti dulu lagi… Pengen ke alun-alun selatan lagi….

Minggu, 11 Juli 2010

ZIARAH

Hari itu Minggu 27 Juni 2010, ada janji ma teman-teman kantor untuk ziarah ke makam Sunan Kudus dan makam Sunan Muria, setelah lama direncanakan dan selalu gagal, akhirnya pagi ini kami bisa pergi juga.

Kami janji bertemu di makam Sunan Kudus jam 07.30 pagi, tapi kebiasaan orang Indonesia selalu tidak tepat waktu dan diantara kami yang selalu on time hanya mbak Diah, jempol buat mbak Diah dech. Tak lama kemudian aku dan Dayat (adekku) datang, lumayan lama kami menunggu baru Fian datang dan disusul Anis dengan suami dan anaknya.

Kami masuk ke Menara Kudus dan ziarah ke makam Sunan Kudus, karena berbarengan dengan liburan anak sekolah dan bulan Rajab banyak sekali yang datang berziarah, kamipun harus antri. Setelah selesai kami melanjutkan perjalanan menuju ke Dawe dengan menggunakan tiga sepeda motor. Disana sudah menunggu teman kami yaitu Erida. Dari situ untuk menuju ke makam Sunan Muria kami naik angkutan umum, dengan pertimbangan jalan yang dilalui sulit bagi kami yang tidak biasa jalan kesana, dan kami merasa akan lebih nyaman saja.

Tapi di perjalannan itu terjadi hal yang membuat kami agak ketakutan tapi bisa juga menjadi sebuah pengalaman yang menarik. Pada saat jalanan menanjak tiba-tiba angkutan yang kami naiki berhenti, dan ternyata masalahnya adalah bensinnya habis., akhirnya sopir angkutnya cari bensin, tapi kami ga boleh turun padahal itu tanjakan, gimana kami ga ketakutan? Alhamdulillah dapat bensin juga, perjalanan dilanjutkan. Sudah hampir sampai di lokasi jalanan macet karena tidak ada yang mau mengalah untuk memberi jalan yang lain, tapi untungnya ga lama.

Setelah turun dari angkutan, kami disambut para tukang ojek, aku ragu-ragu karena tidak yakin berani naik ojek dengan jalan naik dan lebar jalan yang hanya sekitar 1 meter itu. Sebenarnya ada alternatif lain yaitu jalan kaki dengan menaiki tangga yang jauhnya sekitar 1 kilometer, karena banyaknya tangga itu maka disebut “tangga seribu”. Kami memilih untuk naik ojek dengan banyak pertimbangan. Dengan tingkat ketakutan yang tinggi, aku beranikan diri. Dan Alhamdulillah sampai di lokasi makam dengan selamat.

Seperti di Makam Sunan Kudus tadi banyak sekali pengunjungnya, jadi kami harus antri sekitar setengah jam kami baru bisa masuk. Setelah melakukan doa disana, kami keluar dan mengambil air dari genthong (tempat air tradisional yang terbuat dari tanah liat) yang merupakan peninggalan Sunan Muria yang terus keluar airnya, dalam bahasa jawanya nyumber. Airnya dingin sedingin air es.

Setelah selesai kami, memutuskan turun dengan melewati anak tangga, karena banyak yang tidak berani naik ojek dengan jalan yang menurun termasuk juga saya. Di kanan kiri anak tangga itu banyak sekali pedagang, ada yang berjualan pakaian, tas, makanan dan lain sebagainya. Yang menjadi makanan khas didaerah ini yang konon tidak ada di tempat lain adalah parijoto dan pecel pakis. Selain itu banyak juga penjual pisang dan makanan lain.

Ternyata jalan yang ditempuh sangatlah jauh, setidaknya buat aku, karena tidak terbiasa jalan kaki, apalagi harus melewati tangga. Lumayan membuat kaki kami sakit, dan nafas terengah-engah. Beberapa kali kami berhenti untuk istirahat, padahal yang melewati jalanan itu banyak sekali orang-orang tua yang dengan gagahnya bisa sampai keatas. Aku yang masih muda saja tidak kuat untuk turun, mungkin inilah bedanya manusia produk dulu dan sekarang.

Akhirnya, sampai juga dibawah. Kami melanjutkan perjalanan pulang. Setelah sampai dirumah, rasanya badan lelah semua. Walaupun begitu, kami senang bisa melakukan perjalanan yang sudah lama kami rencanakan. Semoga di kesempatan yang lain, bisa kesana lagi.

Sabtu, 27 Maret 2010

Pameran Buku

Setelah cape' satu minggu kerja, sabtu sore pengen jalan2, niat awal sich pengen beli sepatu, tp ga da yg cocok ya udah, ga jd beli sepatu dech. Setelah puter2 ternyata pameran bukunya masih ada, mampir bentar ach..... Dalam hatiku dah kutanamkan, ga boleh beli buku coz budget-ku beli buku bulan ini dah over, lagian masih punya beberapa novel dan beberapa buku yang belum kubaca. Yach, tp gimana lagi, klo liat buku rasane gatal bgt pengen punya, ga perduli punya duit apa ga, ga perduli duit yang di dompet itu sebenere mo buat apa.

Tp sepertinya pameran buku ini kurang menarik, buku2 yang ak pengen ga ada. "Thanks God" pikirku dalam hati, berarti ak ga perlu merogoh kantongku buat beli buku (lagi). Namanya udah kecanduan, dan ngerasa moment yang seperti ini jarang ada dikotaku, ak muter lagi berulang2 siapa tau tadi ada tempat yang terlewat olehku. Setelah ngerasa ga dapat yg ak mau, ak coba tanya sama mbak yg jaga, "mbak, novel disebelah mana?". Awalnya mbaknya diem sambil lihat ak, dan agak bengong. Ak cuma bisa senyum, kemudian mbaknya jawab "ini smua kan novel mbak", dengan wajah yang ga yakin akan jawabannya. Ups, rasanya pengen ketawa, tp ga sopan banget, jadi ak cuma bisa senyum.

Ampyuuuuunnnnnnnn............
Ini jaga stan pameran, tp sama sekali ga tau yang dijaga itu apa, sama sekali ga ngerti soal buku. Yang dia bilang novel itu yang mana? Yang ak lihat disitu ada kamus, buku cerita anak2, komik, buku memasak dll, novelnya hampir ga ada. Apa ak yang salah lihat kali ya, mungkin butuh kacamata yang lebih tebal...he...he... Kecewa pasti, karena ak ga dapat apa yang ak mau.

Walaupun ga dapat novel yag bagus tapi ak dapat buku " Menulis itu Segampang Ngomong" karya Lasa HS. Semoga aja isinya bagus, dan memotifasi ak untuk mulai belajar nulis...he...he... Selama ini kan ak cuma bisa ngomong alias cerewet, siapa tau judul dari buku itu bener.....amien.... Buku ini harus segera dibaca, ga boleh cuma dikoleksi aja..... Setelah dibaca harus dipraktekkan.....

Setelah kaki terasa pegal2, kuputuskan untuk pulang walaupun cuma dapat 1 buku. Ga lupa sebelum pulang mampir beli ice cream coklat kesukaanku.......
Pulang sambil menikmati ice cream..... Eeeeeeemmmmmmmm...........................

Kamis, 25 Maret 2010

Proverb

* Success is the sum of small efforts, repeated day in and day out - Robert Collier -
* Don't be afraid of the space between your dreams and reality. If you can dream it, you can make it so - Belva Davis -
* Vision without action is a daydream. action without vision is a nightmare - Japanese Proverb -
* Your goals are the road maps that guide you and show you what is possible for your life - Les brown -
* Motivation is like food for the brain. You cannot get enoughin one sitting. it needs continual and reguler top ups - Peter Davies -
* Individuals play the game, but teams win championships.
*Courage is a special kind of knowledge, the knowledge of how to fear what ought to be feared and how not to fear what ought no to be feared - David Ben Gurion -
* The journey of a thousand miles starts with the first step.
* You must take personal responsibility. You cannot change the circumstances, the seasons, or the wind, but you can change yourself. That is something you have charge of - Jim Rohn -
* Integrity is what we do, what we say, and what we say we do - Don Galer -
* You cannot love a thing without wanting to fight for it - Gilbert K. Chesterton -
* To speak gratitude is courteous and pleasant, to enact gratitude is generous and noble, but to live gratitude is to touch Heaven - Johannes A. Gaertner -
* There are no secrets to success. It is the result of preparation, hard work, learning from failure - Colin Powell -
* The future belongs to those who believe in the beauty of their dreams - Eleanor Roosevelt -
* Love is a journey starting at forever, and ending at never.
* If you truly love nature, you will find beauty everywhere - Vincent Van Gogh -
* Culture is the widening of the mind and of the spirit - Jawaharlal Nehru -
* A people without the knowledge of their past history, origin and culture is like tree without roots - Marcus Garvey -
* Exploration is really the essence of the human spirit - Frank Bormon -
* Happiness is not something ready made. It comes from your own actions - Dalai Lama -
* Everybody needs beauty as well as bread, places to play in and pray in, where nature may heal and give strength to body and soul - John Muir -
* The best way to know God is to love many things - Vincent van Gogh -
* Beauty is being in harmony with what you are - Peter Nirvio Zarlenga -


Kamis, 25 Februari 2010

CINTA SEJATI TAK PERNAH MATI

Hari ini mereka bertemu disatu tempat untuk makan siang bersama, mereka berbicang-bincang membicarakan masa lalu dengan senyum bahagia tersungging di wajah mereka. Tiba-tiba terdengar suara dari arah belakang Rina, "ayaaaahhhhh.....". Seorang anak kecil menghambur ke arah Reno, dibelakangnya ada seorang wanita cantik yang mengikutinya. Semua terdiam, kemudian Rina bertanya pada Reno, "anakmu?" dengan suara yang agak tertahan, Reno hanya bisa menganggukkan kepala. Wanita yang berada dibelakang anak kecil tadi mendekati mereka, sambil tersenyum kemudian menjabat tangan Reno. Selanjutnya dia menjabat tangan Rina dan memperkenalkan dirinya sebagai Yuni. Bumi seperti berhenti berputar bagi Rina, dia teringat kejadian 6 tahun yang lalu.

Dia dan Reno sudah berpacaran dari masa SMU, kemudian setelah lulus mereka melanjutkan ke universitas di kota yang berbeda. Walaupun jarak memisahkan mereka tapi komunikasi tetap dijalin melalui telepon dan SMS, sesekali Reno mengunjungi Rina atau sebaliknya. Semua berjalan dengan baik sebelum akhirnya Reno berkenalan dengan Yuni, mereka kuliah di kampus yang sama. Reno berasal dari keluarga yang biasa saja, tapi orang tua Yuni merupakan orang terkaya didesanya. Semula Reno hanya menganggap Yuni sebagai teman biasa, Yuni selalu datang ke kost Reno, membawakan makanan dan apa saja yang dibutuhkan Reno. Reno menjadi tergantung pada Yuni, dia tidak ingin menyakiti Rina tapi dia sudah banyak berhutang budi pada Yuni. Entah apa yang ada dipikiran Reno waktu itu, dia memutuskan Rina dan menjalin hubungan dengan Yuni. Kabar terakhir yang didengar Rina, Reno sudah menikah dengan Yuni.

"Tanteeee........", Rina tersadar dari lamunannya, anak kecil itu mengulurkan tangannya sambil tersenyum dan menyebutkan namanya "Fia", Rina hanya tersenyum. Rasanya dia imgin berteriak dan segera pergi dari tempat itu, didadanya berkecamuk segala perasaan, dia ga tau mesti bagaimana, senamg karena bertemu dengan orang yang paling dicintai, ataukah justru harus bersedih karena orang yang dicintainya sudah berbahagia dengan orang lain. Rina tidak ingin cintanya menjadi alasan untuk menghancurkan cinta yang lain, dalam hal ini dia tidak ingin merusak pernikahan Reno dan Yuni.

Rina tidak tau apa yang harus dilakukan, dia hanya bisa terdiam, mereka semua diam, hanya si kecil Fia yang sesekali merengek-rengek minta dibelikan mainan. Suara telepon dari HP Rina menyelamatkannya dari suasana yang tidak mengenakkan ini. Rina meminta ijin untuk mengangkat telepon, walaupun sebenarnya itu hanya sekedar basa-basi saja. Setelah selesai berbincang di telepon, Rina meminta ijin untuk pulang. Dalam perjalanan pulang Rina memikirkan semua yang telah dialaminya. Sebenarnya dia sadar cepat atau lambat ini pasti akan terjadi, tapi bukankah ini tidak hanya kesalahannya semata. Reno juga bersalah, pikir Rina, kenapa Reno tak berhenti SMS dan telepon, bahkan ingin bertemu dengannya. Rina tidak tau harus berbuat apa.

Sejak pertemuan itu, Rina berusaha menghindar dari Reno, dia tidak membalas SMS, bahkan tidak mengangkat telepon dari Reno. Walaupun sebenarnya dia masih sayang Reno, tapi dia tidak mau merusak kebahagiaan Reno. Sampai suatu hari, teleponnya berdering, dia tidak mengenali nomor telepon siapa itu, tapi dia mengangkatnya, dia takut kalau telepon itu dari rekan sekantornya. "Hallo, mbak Rina ya?", terdengar suara dari seberang, Rina hanya menjawab "ya"dan kemudian bertanya siapa yang meneleponnya. Dia kaget karena suara itu menyebutkan namanya. Telepon itu dari Yuni, dia ingin bertemu dengan Rina. Rina tak bisa menolak ajakan Yuni, tapi dia juga bertanya-tanya kenapa Yuni ingin bertemu dengannya.

Waktu dan tempat sudah ditentukan, Rina menemui Yuni. Disitu Yuni menceritakan semuanya, dia minta maaf karena dulu sudah membuat Reno meninggalkan Rina, dia memang sangat mencintai Reno, tapi cintanya bertepuk sebelah tangan. Walaupun dia bisa membuat Reno menikahinya tapi dia tak pernah mendapatkan cinta Reno, karena Reno hanya mencintai Rina. Rina kaget, tidak percaya pada apa yang dia dengar. Yuni melanjutkan ceritanya, dia sudah meminta cerai dari Reno, dan Reno sudah mengabulkannya, mereka sudah bercerai sekarang.

Setelah pembicaraan mereka selesai, Reno datang dengan senyuman termanisnya. Rina bahagia sekali, dia menghambur memeluk Reno...................



****** cerita diatas hanyalah karangan belaka, apabila ada kesamaan nama, tempat dan cerita, itu merupakan ketidaksengajaan saja******